Jika kita kaitkan dengan Teori DeFleur
~ Media cetak dan Elektronik.
Titik sentral dari teori atau pendekatan ini adalah adanya audiens yang bergantung kepada informasi media untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuannya. Dengan demikian maka pendekatan ini masih konsisten dengan pendekatan model uses and gratifications.Tidak semuanya cocok memang jika dikaitkan pada kondisi masyarakat di jaman sekarang, terutama di Indonesia. Juga tidak semua aspek informasi sajian dari media massa yang sanggup mempengaruhi secara kuat sehingga audiens menjadi tergantung kepada media dimaksud. Dikaitkan dengan usia seseorang, misalnya, kekuatan media juga semakin berkurang. Hal ini bisa dilihat dari semakin kurangnya kelompok usia lanjut yang membaca dan meninton tayangan televisi. Bahkan beberapa orang tertentu di desa-desa, meskipun ada televisi di rumahnya, para orang tua tidak tertarik untuk menontonnya.Hal-hal yang sedikit bisa diterima adalah, seperti yang terkadang kita rasakan, bahwa jika sehari saja kita tidak membaca surat kabar, atau buku, atau bahan bacaan lain yang menjadi kebiasaannya, terasa ada yang hilang. Demikian pula jika di rumah kita tiba-tiba aliran listrik mati, padahal kita sedang menonton acara televisi kegemarannya. Atau kita senentiasa mementingkan untuk menonton acara-acara televisi yang menyajikan informasi aktual untuk bahan pengayaan kita. Tanpa menonton televisi sehari saja terasa ada yang hilang.Ada beberapa keterbatasan atau kelemahan dari teori uses and gratifications ini, antara antara lain sebagai berikut: Pendekatan ini kurang mempunyai pertalian dengan teori-teori sebelumnya. Hal ini karena model ini merupakan lompatan dramatis dari model jarum hipodermik, Teori ini terlalu berorientasi kepada media yang fungsional sehingga mengabaikan disfungsionalnya media dalam masyarakat dan kebudayaannya, media selanjutnya selalu dianggap mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu secara positif, sehingga mengabaikan dampak- dampak negatifnya.
Titik sentral dari teori atau pendekatan ini adalah adanya audiens yang bergantung kepada informasi media untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuannya. Dengan demikian maka pendekatan ini masih konsisten dengan pendekatan model uses and gratifications.Tidak semuanya cocok memang jika dikaitkan pada kondisi masyarakat di jaman sekarang, terutama di Indonesia. Juga tidak semua aspek informasi sajian dari media massa yang sanggup mempengaruhi secara kuat sehingga audiens menjadi tergantung kepada media dimaksud. Dikaitkan dengan usia seseorang, misalnya, kekuatan media juga semakin berkurang. Hal ini bisa dilihat dari semakin kurangnya kelompok usia lanjut yang membaca dan meninton tayangan televisi. Bahkan beberapa orang tertentu di desa-desa, meskipun ada televisi di rumahnya, para orang tua tidak tertarik untuk menontonnya.Hal-hal yang sedikit bisa diterima adalah, seperti yang terkadang kita rasakan, bahwa jika sehari saja kita tidak membaca surat kabar, atau buku, atau bahan bacaan lain yang menjadi kebiasaannya, terasa ada yang hilang. Demikian pula jika di rumah kita tiba-tiba aliran listrik mati, padahal kita sedang menonton acara televisi kegemarannya. Atau kita senentiasa mementingkan untuk menonton acara-acara televisi yang menyajikan informasi aktual untuk bahan pengayaan kita. Tanpa menonton televisi sehari saja terasa ada yang hilang.Ada beberapa keterbatasan atau kelemahan dari teori uses and gratifications ini, antara antara lain sebagai berikut: Pendekatan ini kurang mempunyai pertalian dengan teori-teori sebelumnya. Hal ini karena model ini merupakan lompatan dramatis dari model jarum hipodermik, Teori ini terlalu berorientasi kepada media yang fungsional sehingga mengabaikan disfungsionalnya media dalam masyarakat dan kebudayaannya, media selanjutnya selalu dianggap mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu secara positif, sehingga mengabaikan dampak- dampak negatifnya.
Jika kita kaitkan dengan Teori Shannon dan weafer
~media cetak dan media elektronik.
Melalui pernyataan-pernyataan matematis, Shannon (dan lalu
juga Weaver) menunjukkan hubungan antara elemen sistem teknologi
komunikasi, yaitu sumber, saluran, dan sasaran. Setiap sumber dalam
gambaran Shannon memiliki tenaga atau daya untuk menghasilkan sinyal.
Dengan kata lain, pesan apa pun yang ingin disampaikan melalui
komunikasi, perlu diubah menjadi sinyal, dalam sebuah proses kerja yang
disebut encoding atau pengkodean. Sinyal yang sudah berupa kode
ini kemudian dipancarkan melalui saluran yang memiliki kapasistas
tertentu. Saluran ini dianggap selalu mengalami gangguan (noise)
yang mempengaruhi kualitas sinyal. Memakai hitung-hitungan
probabilitas, teori informasi mengembangkan cara menghitung kapasitas
saluran dan kemungkinan pengurangan kualitas sinyal. Sesampainya di
sasaran, sinyal ini mengalami proses pengubahan dari kode menjadi pesan,
atau disebut juga sebagai proses decoding.
Teori informasi Shannon juga menganggap bahwa informasi dapat
dihitung jumlahnya, dan bahwa informasi bersumber atau bermula dari
suatu kejadian. Jumlah informasi yang dapat dikaitkan, atau dihasilkan
oleh, sebuah keadaan atau kejadian merupakan tingkat pengurangan
(reduksi) ketidakpastian, atau pilihan kemungkinan, yang
dapat muncul dari keadaan atau kejadian tersebut. Dengan kata yang lebih
sederhana, teori ini berasumsi bahwa kita memperoleh informasi jika
kita memperoleh kepastian tentang suatu kejadian atau suatu hal
tertentu.Keunggulan teori Shannon-Weaver terletak pada kemampuannya membuat
persoalan komunikasi informasi menjadi persoalan kuantitas, sehingga
sangat cocok untuk mengembangkan teknologi informasi. Kritik terhadap
teori mereka datang dari kaum yang mencoba mengaitkan informasi dengan
makna dan kandungan nilai sosial-budaya di dalam informasi. Sampai
sekarang, perdebatan tentang apakah informasi adalah sesuatu yang
kuantitatif atau kualitatif masih terus berlangsung. Ada yang mencoba
mengambil kebaikan dari kedua pihak dengan mengatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang berwujud dan sekaligus bersifat abstrak.Jasa Shannon-Weaver terletak pada kepioniran
mereka memperkenalkan diskusi dan aplikasi informasi ke dalam kehidupan
manusia. Apa yang sekarang kita alami dan nikmati, adalah hasil
perkembangan dari pemikiran mereka juga. Jadi teori tersebut hanya menjelaskan teori tentang memberikan pesan melalui berbagai media,baik media cetak maupun media elektronik.
Sumber :
~ comunikasi-samsul-huda.blogspot.com
~ http://iperpin.wordpress.com
Email : vicky.andhy@yahoo.com
FB : vikki.andi@yahoo.com
TW : @vickyandhy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar