Rencana pemerintah untuk menyatukan zona waktu
Indonesia menjadi Greenwich Mean Time (GMT) +8 perlu dikaji lebih
mendalam.Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Enny Sri Hartati, mengatakan tantangan rencana ini adalah meyakinkan masyarakat
untuk bisa menerima perubahan kebiasaan terutama jam kerja
.Oleh karena itu, perubahan tersebut harus
kembali dikaji, terutama efektivitasnya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.Seperti diketahui, pemerintah berencana menyatukan tiga zona waktu
Indonesia menjadi satu zona waktu dengan alasan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan efektivitas birokrasi yaitu WIB,WITA,WITA
Menko Perekonomian Hatta Rajasa
ngotot mendorong rencana penyatuan zona waktu di Indonesia agar perekonomian
lebih produktif. Apalagi rencana ini disetujui Presiden SBY.
Hal ini disampaikan Hatta saat ditemui di Hotel
Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (16/5/2012).
"Pokoknya tahun ini kita
percepat karena ini kan masalah sosialisasi. Hampir tidak ada yang menolak,
intinya adalah sosialisasi," ujarnya.Hatta mengatakan, dari kajian yang
ada, penyatuan zona waktu Indonesia akan menggunakan patokan GMT+8 atau Waktu
Indonesia Tengah (WIT). Kebijakan ini akan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas di segala aspek.Hatta memang menjadi menteri yang paling rajin
mendorong adanya penyatuan zona waktu di Indonesia. Meski masih berupa wacana,
namun riset terhadap penyamaan zona waktu di seluruh wilayah Indonesia sudah
ada.
Bahkan sudah dibahas di Komite
Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
sejak Hatta masih menjabat sebagai Menteri riset dan teknologi
(Menristek).Kepala Divisi Humas dan Promosi KP3EI, Edib Muslim pernah mengatakan,
ide penyatuan zona waktu Indonesia adalah buah pikiran Hatta Rajasa.Ia
menambahkan, penyamaan waktu antara indonesia barat, tengah, dan timur diyakini
akan dapat mengangkat 20% PDB Indonesia. Sebab ada angkatan kerja berjumlah 190
juta orang yang akan melakukan pekerjaannya secara bersama-sama.Indonesia
sering kalah dengan negara lain dalam hal transaksi bisnis.
Seperti jadwal terbang Garuda yang
satu jam lebih lambat dari maskapai lain, karena perbedaan waktu tersebut.
Bursa Efek Indonesia (BEI) juga kalah satu jam dengan bursa efek di Hong Kong,
dan Sanghai.
Sumber :http://www.metrotvnews.com
http://finance.detik.com
Email :
vicky.andhy@yahoo.com
fb
: vicky.andhy ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar